Feed me!

24 September 2010

I Miss Old-Me


You miss him, don't you? Thing is, I didn't mention a name... and he popped in to your mind almost instantly...

Akhir-akhir ini, semesta dengan segala keajaibannya menggiring pikiran saya menuju masa lalu. Entah sudah keberapa kali saya mengalami dejavu, serendipity, atau apalah namanya itu. Semuanya mengingatkan saya pada mereka. Ya mereka, karena yang saya ingat lebih dari satu orang, mereka-mereka yang pernah dekat di hati, yang pernah saya sayangi dengan sepenuh hati.

Padahal sesungguhnya, saya paling sebal kalau diingatkan soal masa lalu. Karena buat saya, masa lalu identik dengan kegagalan. Saya benci gagal, saya benci jadi orang yang kalah. Itu pula sebabnya, biasanya saya bereaksi berlebihan kalau sudah menyangkut orang-orang dari masa lalu itu. Sejujurnya, masalah bukan ada di mereka tetapi lebih kepada saya yang belum 'berdamai' dengan diri sendiri.

Mungkin ini kebetulan semata, saya bertemu dengan orang baru, teman baru, yang untungnya menjadi teman berbagi kacamata yang baik. Saya menertawakan konsep "jodoh" yang dia percayai. Sebenarnya bukan karena saya tidak percaya, toh saya percaya anything happen for a reason. Saya cuma takut untuk berharap.


Butuh waktu yang lama untuk menyadari bahwa saya masih hidup dalam 'ketakutan' itu. Tidak heran saya jadi kagum sekali padanya. Hidup juga tidak mudah buatnya, tetapi itu tidak membuat dia jadi 'mati rasa'. Bahkan walaupun menurut saya, setelah mendengar kisahnya, sangat wajar kalau dia jadi orang yang skeptis. Tetapi dia tidak begitu, justru sebaliknya orangnya hangat dan penuh semangat. Saya betah ngobrol lama-lama dengan dia, mungkin karena ingin tahu rahasia apa yang dia punya. Apa yang membuat dia, walaupun hidup juga getir untuknya, tidak membuat dia berhenti berharap.

"Semua orang berhak untuk mengusahakan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Kalau memang yang mereka cari tidak ada pada kita, biarkan mereka mencarinya di tempat lain. Tidak baik bila kita menutup 'jalan' mereka untuk mendapatkan yang terbaik. Toh kita juga ingin mendapatkan yang terbaik."

Begitu kira-kira yang dia jelaskan, dengan tambahan analogi tukang duren dan tukang mangga. Jangan jual duren sama orang yang suka mangga, begitu pula sebaliknya. Analogi yang saya bantah habis-habisan karena menurut saya engga nyambung. Tapi dipikir-pikir lagi, intinya duren ya jodohnya sama duren, mangga ya sukanya sama mangga. Kebetulan saya jualnya mangga, dan mereka-mereka itu kepengennya duren, makanya mereka pergi untuk cari duren yang enak. As simple as that. *ini penjelasan yang 'agak' masuk akal yang bisa saya pikirkan*.

Selama ini saya merasa sudah jadi penjual mangga yang gagal, padahal saya memberikan mangga yang terbaik, tapi kenapa mereka tetap pergi? Ya karena mereka menginginkan duren, mereka tidak menginginkan mangga. Padahal saya sempat tenggelam dalam perasaan mengasihani diri, memikirkan bagaimana caranya biar mangga saya bisa jadi duren, biar jadi seperti yang mereka mau. Tetapi mau jungkir balik sampe lebaran monyet juga, yang terbaik yang saya punya ya cuma mangga. Sebagus-bagusnya mangga saya tidak akan dilirik oleh mereka yang sukanya sama duren.

Maka dari itu, saya pelan-pelan mencoba 'berdamai' dengan mereka. Bukan karena ini masih suasana Lebaran, dan bukan karena saya ingin 'bertransaksi' lagi dengan mereka. Lebih untuk kepentingan batin saya. Saya ingin sekali bisa mengingat masa lalu dengan tersenyum, karena sesungguhnya yang terjadi toh tidak hanya cerita sedih, tetapi juga banyak cerita indahnya. Sungguh sayang kalau harus membuang itu semua hanya karena gengsi.

So here's my letter from the heart :

Dear D, selamat ya atas pekerjaan barunya, walaupun saya akhirnya tahu dari teman yang lain, tapi saya ikut senang. Karena berarti doa saya didengar oleh semesta. You deserve what's best for you. Tahukah kamu, kemarin saya berusaha melawan rasa takut saya untuk menelponmu, untuk mengucapkan selamat ulang tahun? Dan saya bangga, karena pada akhirnya saya berhasil mengalahkan 'perasaan' saya sendiri. I wish you success.

Dear E, selamat atas kelulusannya. Smsmu sungguh membuat saya bertanya-tanya, apakah saya yang menyebabkan kamu berubah jadi se-skeptis itu? Tetapi apapun itu, saya senang pernah menjadi motivasimu untuk menyelesaikan PR terakhirmu itu. Dan sungguh, saya bukannya lupa pernah memberi sesuatu padamu, hanya saja saya engga pernah mengingat-ngingat apa yang sudah saya berikan sama orang lain. Semoga kamu cepat menemukan apa yang kamu inginkan ya, i wish you happiness.

Dear B, maafkan ke-lebay-an saya. Padahal saya tahu dengan pasti perasaan saya terhadap kamu sudah tidak seperti dulu lagi. Tetapi prasangka bahwa kamu menjauhi saya itu sangat menyakitkan buat saya. Untung ya kemarin kita ketemu, untung kemarin lagi-lagi saya menantang diri saya untuk berani menyapamu. Ternyata kamu baik-baik saja, dan ternyata kamu menghapus accountmu dengan alasan security. I feel so stupid after knowing that. We were never be the same again, but i always treasure you in my heart, and i know you do that too. I wish you love.

Terakhir, buat penjual duren yang baik hati dan tidak sombong, terima kasih ya sudah mengijinkan saya 'mencicipi' duren. Akhirnya saya tahu ada pilihan lain selain mangga.  Dan saya bisa mengerti, tidak ada yang salah dengan mangga milik saya,. Terima kasih karena bersedia menjadi reminder saya saat saya mulai meracau tidak karuan. Hampir saja tenggelam lagi dalam perasaan bersalah dan rendah diri. Funny how time changes what we see. Dan iya deh, saya percaya kalau pertemuan kita juga bagian dari jodoh. There, i've said it :P
  
You'll know that you miss someone very much when every time you think of that person, your heart breaks into pieces and just a quick "Hello" from that person can bring the broken pieces back.

6 komentar:

Alexandria Fia mengatakan...

Hey Fisher...
Does the so-called "new-but-quickly-matched" friend refer to the one you told me before?
There you find your mango-buyer, i supposed.. ;) *wink*

Really, this post is an enticing point of view from a beautiful brain.
love it!

Cherry mengatakan...

Yep yep, but i think it's to early to consider him as a mango-buyer hahahaha.

Thank you dear ;)

Unknown mengatakan...

this post's taking my breath away..

Cherry mengatakan...

Hi Karin, thanks for stepping by here. Hope you don't have to get some CPR help after reading my post hahaha. :)

Unknown mengatakan...

indah sekali, penuturan yg mengalir, tidak setiap orang bisa menuangkan apa yg dipikirkan/dirasakan ke dalam tulisan...

NB:
Kata si penjual duren, dia mau barter durennya dengan mangga, asalkan durennya diterima iklas seperti halnya mangga yg juga akan diterima iklas :)

Cherry mengatakan...

All i can say, practice makes perfect. Anda tahu latar belakang tulisan ini dari mana :)
Terima kasih sudah "mampir"

Titip pesan sama si penjual duren ya, that's a good idea, apalagi kalau dia bisa menemukan resep buat memadukan duren dan mangga, mungkin bisa sekalian bikin salad atau rujakan bareng :)