Feed me!

25 Februari 2012

Thank (U)niverse

They said, if you want something say it outloud, the Universe will take the rest...


So, setelah 86 hari
postingan ga jelas
emosi yang naik-turun
e-mail2 yang tak berbalas
jaringan internet yang suka turun jadi GPRS dengan tidak sopannnya
periode panjang antara mengasihani diri dan menyemangati diri
on repeat

I. GOT. A .JOB.


*can i hear some cheers for the background?* 
*digaplok*


Yeah, you read it right.
Saya punya pekerjaan.
This is the time you should says "akhirnyaa..."
really, this is the time when you can say :
"i've told you so"
dan saya bakal cengar-cengir saja
 
yak lanjut

Remember when i told you i really want a new job, 
The one that really fits my dream?
This one hopefully matches that.


Kemudian ada yang bertanya : emang dream jobmu apa?
Bukan sejenis pekerjaan tertentu
Bukan soal pundi-pundi emasnya
Walaupun memang itu penting juga sih
*kok plin-plan, gimana sih sher*


Saya kepingin kerja di tempat 
yang rekan kerjanya sebaya 
dan hari Sabtu libur
I'm so easy to please ya

Setelah kerja di tiga tempat terakhir
saya jadi bisa menyederhanakan keinginan saya
dan tentu saja saya butuh keamanan finansial
tetapi yang saya butuhkan lebih dari sekadar lembaran rupiah

If you read my previous entry
you know how bad i'm when it comes to make a friend
Apalagi di Jakarta ini, 
buat saya yang besar di Kalimantan dan kuliah di Yogyakarta
tambah sedikit lah peluang saya berteman di sini

Kalau soal Sabtu libur sih
Itu memang keinginan pribadi saja
Karena saya sungguh tidak mau menghabiskan
waktu saya seluruhnya untuk kerja
me-time is something important for me

I know i put my expectation so high on this one
But to be exact, i experience this quote :
"be careful what you wish for
cause you just might get it all"

It really happen to me, scary yes?
I'm glad it did


This time i really need to thank Fia
She's the one that helped me through the process
Dari awal resign di kantor lama
Sampai dia lahiran
Total 3 times ya masukin lamarannya
I really can't do this without her help
I made a promise
My first salary, makan-makan yok!

And off course, i need to say thank you to Mey
She's the one that keep my sanity level normal (or abnormal?)
Buat penghiburan dan obrolan ga jelas kita
Kalo ga karena sering digangguin dia
Bisa-bisa kerjaan saya ngeluh dan down melulu
Really wish you were here
Coba kita bisa sekantor yak!


I thank my mom and boyfie too,
Rasanya baru minggu lalu saya kena emotional breakdown
Nangis-nangis ngerasa ga berguna banget
Ga heran ya kalian yang paling lega
Waktu tau saya akhirnya dapat kerjaan
Kalau nganggur lebih lama
Mungkin saya bakal lebih nge-bete-in lagi
:P
Thank you for being there in my difficult times

*ini kenapa jadi ajang speech grammy awards???*

All i wanna say is :


Universe... you rock! XD


source

20 Februari 2012

Dream


This is a dream i wanted to scream out loud hopelessly

source

13 Februari 2012

Leap of Faith


Hari ini saya bangun dengan perasaan yang tidak enak
Mungkin karena badan yang pegal semua
Karena jogging sore dan kehujanan semalam

Kemudian saya lihat tanggal hari ini
Sudah setengah bulan, sehari sebelum hari merah jambu
Artinya sudah hampir dua bulan setengah sejak resign

Padahal saya mengajukannya dengan sadar
Padahal saya menginginkan kehidupan yang lebih baik
Padahal saya mengutamakan kesehatan dibanding kekayaan

Lalu kenapa yang saya rasakan sekarang nestapa?

Orang tua saya bilang saya terlalu idealis
Keluarga besar saya bilang saya terlalu cepat memutuskan
Teman saya bilang nanti juga dapet yang baru

Saya, saya kepingin menghilang saja

Saya ingin percaya sepenuh hati
Bahwa berharap dan bermimpi masih boleh saya lakukan
Sekarang saya punya kesempatan itu
Bukankah kekuatan saya saat ini adalah kebebasan saya?

Membuka halaman demi halaman koran
Berselancar halaman demi halaman webpage
Menyadarkan saya akan keterbatasan saya

Tiga tahun melewati seperempat abad mengurangi kesempatan saya
Pengalaman yang berbeda dengan latar belakang juga demikian
Keahlian yang belum sempurna menambah daftar ini

Semakin banyak lowongan yang saya buka
Semakin membuat saya merasa salah melangkah

Seumur hidup yang paling saya hindari
Adalah menjadi benalu
Ketakutan terbesar saya,
Bahwa saya tidak bisa mandiri secara finansial

Kebiasaan lama saya kembali
Bersih-bersih & bersih-bersih
Saya harus bergerak, melakukan apa saja
Demi menghilangkan perasaan bersalah ini

Tiap hari saya mencuri-curi waktu
Untuk berkunjung ke tempat ini

Menurunkan barikade
Melepaskan topeng
Melemaskan rahang
Mengistirahatkan batin
Menangis

Kemudian kembali ke realita
Mengantongi sekeping harapan yang masih tersisa

source

10 Februari 2012

Rejection

It's heartbreaking to find out a good friend in the past has no interest whatsoever to stay in touch with you in the presence. ~Sera.

Setiap hari adalah perjuangan, dimulai dari kita bangun pagi sampai mengakhirinya ketika menutup mata untuk istirahat. Menyemangati diri sendiri itu lebih susah daripada sekadar bangun pagi. Ga setiap saat kita bisa ber-positive thinking, am i right? Untuk itulah kita butuh orang lain, untuk menginspirasi kita atau kalau kita beruntung mau peduli juga dengan kita. Katanya Carole King, that's what friend's are for.

Ini cuma teori saya, tetapi saya (selalu) merasa saya punya masalah dalam berteman. Ada beberapa tahapan dalam berteman kan? stranger > kenalan > teman > sahabat. Dan mungkin memang begitu adanya, bahwa yang namanya sahabat itu langka, karena kebanyakan berhenti di tahap teman. Or worse, back to the start being stranger :(

Life happen and people changes. Saya mengerti dan menerima itu. Friends come and go, from highschool, college and work. Saya harus mengakui bahwa hanya di antara 658 orang yang berlabel "friend" di halaman facebook saya, hanya beberapa yang benar-benar bisa saya sebut teman. Memang saya sih termasuk golongan dork (i am and i'm okay with it) atau sederhananya saya tidak tahu cara berteman.

Semasa kuliah saya punya seseorang yang bisa saya sebut sahabat. Tetapi memang mengucapkannya tidak semudah mempertahankannya. Kita berkenalan di semester awal, kemudian menjadi tidak terpisahkan, terbukti dari pertanyaan teman sekelas yang bergonta-ganti bertanya pada saya atau dia setiap kali melihat kita jalan sendiri di kampus. Bangga? oh jelas, karena sahabat saya itu orang ekstrovert yang bisa masuk golongan apapun di kampus, dan dia memilih jadi sahabat saya.

Saya memang masuk golongan biasa-biasa saja, tetapi saya menghargai sekali sebuah hubungan, entah itu pacaran atau temanan bahkan sekedar kenalan. Ada garis tipis di antara ketiganya, based on kadar perhatian. Seperti yang pernah saya baca, persahabatan bagai kepompong, membuktikan ada KEPO di dalamnya. :)))

Dia, sahabat saya itu, tipe orang yang 'perhatian' (kalo ga mau dibilang kepo ya) pada semua temannya. Bahkan ketika pertemanan kita ini melebar hingga 7 orang, dia punya jadwal, hari ini jalan dengan siapa, besok jalan dengan siapa. But yeah she's the center of our circle. Saya setuju banget dengan Miund yang nge-tweet begini :

 "Film AADC itu bukti kalo di dalam sebuah geng pasti ada sub geng. Case in point : Cinta sama Alya. Cant help it. Cant be close to ALL."

Masalah terjadi ketika, mungkin saya yang kegeeran, saya pikir saya lah yang paling best friend. How absurd yah, sudahlah best friend masih pake paling :))) Dan ternyata teman-teman yang lain berpikiran demikian. She's a favourite friend to hang out with.

And then she move to another circle, teman-teman yang lebih gaul dan lebih kaya. Lebih menyakitkan lagi bahwa dia 'mengambil' teman saya juga. Butuh waktu yang lama buat saya membiasakan diri, setiap dia berkunjung ke kos, bukan kamar saya lagi yang dia tuju tetapi tetangga kamar saya.

Where did we go wrong?

I blame the mistakes on me. Mungkin saya yang kurang gaul, kurang kaya dan mungkin kurang teman! Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya mungkin saja dia jealous karena saya (saat itu) punya pacar lebih dulu. Sebelum dia 'berubah', kita bahkan biasa jalan bertiga. Mungkin saya yang kurang peka.

Sejak saat itu, dia menjauh dari saya. Kita memang sesekali bertemu. Tetapi rasanya hambar. Terkadang saya kangen dia, mungkin juga dia kangen dengan saya. But things were never be the same again. Karena sekarang saya melihat dia dari sudut pandang yang berbeda, kacamata itu sudah pecah dan saya terpaksa menggunakan kacamata yang baru untuk memandang dia.

Saya melihat dia sebagai orang yang insecure, ingin eksis dan berada di lingkaran yang lebih besar. Kesederhanaan yang dulu saya kagumi dari dia mulai tergantikan dengan hal-hal yang nge-trend saat itu. Dia yang saya kenal dulu apa adanya, sekarang menjadi ada apanya. Itu bukan hal yang salah, itu pilihan dia, saya pun memaklumi itu. Dan kalaupun karena berteman dengan saya menjadikan dia golongan orang yang kuper, mungkin memang wajar kalau dia mencari teman yang lebih dari saya.

Ceritanya selesai?

Tentu tidak, kalau sudah selesai pasti tidak akan mengganggu pikiran hingga membuat saya meracau tidak jelas di postingan kali ini. (ah biasanya juga random kan Sher :P) Karena berasal dari satu almamater yang sama, dia selalu muncul di newsfeed saya, apalagi saat dia baru memiliki smartphone. Oh yeah dia meng-add blackberry messenger saya kok, tetapi hanya berkomunikasi saat ada perlunya saja.

Pertamanya saya sungguh tersiksa, mungkin karena sebenarnya saya tetap mengganggap dia sahabat saya, padahal kenyataannya tiap kali saya mencoba entah berkomentar di statusnya atau menyapa di BBM, tanggapannya tidak seantusias saya. Terkadang saya pikir apa gunanya social media bahkan messenger kalau toh tidak membuat pertemanan kembali erat. Dan saya sadari kemudian, yang namanya hubungan hanya bisa berjalan kalau ada niat dari keduanya, bukan dari satu pihak saja.

i rest my case.

Hingga saat ini, saya masih sering merasakan cubitan kecil di hati saya setiap kali saya membaca statusnya yang ada dimana-mana. Padahal cuma membaca lho. Mungkin saya terlanjur menjadikan dia role model seorang sahabat, padahal kenyataan sudah berbeda jauh dari harapan saya. Mungkin juga dia mengingatkan bahwa saya tidak segaul dia dan teman-temannya *ini apa-apaan ya gaul melulu dari tadi :)))*. Mungkin juga saya cuma sedih, ya sedih karena saya belum ikhlas memaafkan diri saya sendiri.

Saya yang belum bisa berdamai dengan kenyataan, bahwa saya dan dia bukan sahabat lagi seperti dulu. Bahwa pertemanan kita cuma jadi masa lalu. Sekarang menjadi hal yang aneh kalau ada yang menanyakan kabar dia kepada saya, karena saya tidak tahu lagi tentang dia. I don't know her anymore.

Saya tidak tahu kapan bisa menghilangkan perasaan tidak enak ini, atau saya harus membiasakan diri dengan penolakan. Perasaan tidak diinginkan itu memang menyakitkan, tetapi kita memang tidak bisa mengubah orang lain bukan?

Mungkin saya yang harus belajar berteman (lagi).

A smart girl knows how to love, a smarter one knows who to love.