Feed me!

27 November 2009

Deserve to be Happy? Le Fin


Suatu saat saya diantar mama ke poliklinik, karena maag saya kumat lagi, Selama saya kuliah, saya hidup sendiri jauh dari orang tua, tetapi kena maag hanya karena masalah begini. [shame on you, Sher!] It was just the two of us, karena biasanya saya harus ‘berbagi emak’ dengan saudara2 saya yang lain. That time, she’s mine only. Dan mama saya bilang sambil menangis akhirnya “Mau sampai kapan kamu kaya begini? Kamu memang ga cerita, tapi mama tau, mama bisa merasakan yang kamu alami. Kalau itu memang pilihanmu, mama ga akan melarang. Tetapi kalau jadinya membuat kamu sakit dan sengsara, mama sungguh mati ga rela…” Saat itu saya memang lagi menye2 akut banget yang kerjaannya nangis mulu tiap hari [yes, sampe semellow-sumellow itu saya jadinya]. Sepotong kalimat dari mama saya bagaikan menampar saya, membuat saya sadar betapa selama ini saya sangat egois. Saya pikir saya yang paling menderita, dikejar2 pertanyaan “I deserve to be happy kan?” saat itu dari dalam hati saya ada yang menjawab “siapa yang tidak, Sher?

Saya melupakan keberadaan orang2 disekitar saya. Padahal harusnya saya berpikir, so what kalo dia tidak mau sama saya, I still have family [even a disfungsional one]. Tapi memang tiap cerita harus ada titik baliknya, maybe itu saat antiklimaks saya. Dan saat saya berniat sungguh-sungguh untuk keluar dari rasa rendah diri itu, the universe show me the way. Salah satu sahabat saya bilang : Dunia kamu sudah kamu penuhi semua dengan your bf, kamu harus punya satu dunia lagi tanpa dia untuk menyeimbangkan diri. So saya belajar berteman (lagi), even cuma lewat dunia maya, tapi saya cari siapa saja yang bisa saya jadikan teman berbicara, ketemu dan main. Punya temen baru bener2 menambah rasa percaya diri saya, hey at least mereka ga jijik sama saya, dan mau menyapa saya even just a "Hi". I don’t have many friend, that’s why if I found one, I always treasure them in my heart. Ya saya memang se-vunerable itu, I admit that.

Akhirnya saya berani punya target sama diri sendiri. Saya tidak mau hidup dengan perasaan ‘digantung’ kaya begini. My time limit yang saya pilih adalah saat Easter – it’s a good time to begin a new life kan? Dan saya sudah tahu apa yang saya mau. Setelah berkali2 hampir batal, but I said it already. Hilang sudah tiket emas saya menuju pernikahan impian. Tetapi saya merasa sebagai pemenang pada hari itu. Dia sebagai laki2 ga bisa tegas, biar saya yang tegas dan saya yang mengambil keputusan [in the end tetap saya yang lebih ‘laki2’ sigh]. Saya merasa bebas, sebebas-bebasnya. Akhirnya saya merasa bisa teriak sama hati dan pikiran saya : Shut Up! Karena saya cuma ingin hening, dan dalam keheningan itu saya bisa pasrah. Saya tidak pusing lagi dengan pertanyaan "I deserve to be happy kan?" Hati dan pikiran saya bisa pelan2 kembali menyatu dengan selaras.

Pada awalnya saya takut saya yang akan terluka karena saya yang meminta putus. Tapi kalo kamu sudah didiamkan 3 bulan secara alami kamu sudah belajar beradaptasi dengan keadaan baru itu juga. [untuk ini mungkin saya harus berterimakasih sama dia karena udh dikasi waktu mempersiapkan diri]. Dan kalo kamu sudah menghabiskan hari2mu merasa sakit atas kejadian yang belum kamu alami (alias putus) lama2 kamu akan mati rasa. Believe me, saat akhirnya kamu putus beneran, rasanya ga ada apa2nya deh, keciiilllll.

The reason saya menulis ini sungguh bukan ingin memojokkan ybs. Justru saya sangat berterimakasih sama dia, karena membuat saya punya kesempatan untuk merasakan semua ini, dan memaksa saya bertanya pada diri sendiri, impianmu apa? I’m a better and tough person because of him. Saya belajar lebih kenal dan menyayangi diri saya sendiri. Despite of all the shit he do to me, I believe he actually mean no harm, hanya keegoisan dan ketidakdewasaan kita yang pada akhirnya menyakiti satu sama lain.

Saat saya tahu dia sudah punya yang baru, saya marah. Dan itu definitely adalah ego saya yang merasa ‘dikalahkan’ oleh dia. Ternyata ada lho yang mau menikah muda sama dia [he really did find the one]. Sedangkan saya? saya merasakan semua yang saya tuliskan di atas terputar kembali dalam benak saya, lengkap dengan pertanyaan ‘I deserve to be happy kan?’ saya marah kenapa dia yang sudah menyakiti saya sedemikian rupa bisa happy duluan [padahal kan belum tentu ya], dan saya marah karena teringat lagi ketidakmampuan saya mempertahankan hubungan kita. Juga rasa marah karena kenapa dulu saat dia sudah tidak mau bersama saya lagi, dia tidak punya keberanian untuk mengatakannya dan malah membuat saya yang merasa ada yang salah sama diri saya. Mungkin saya saja yang masi blom sembuh dari spell rayuan gombal laki2 [hahaha]. Well I used to believe saya lah orang nya. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena he inject me with : Cuma kamu satu2nya yang bisa, hanya kamu yang ak tunggu selama ini, blablablayadayadayada... Ternyata setelah ga kontak selama ini, spellnya masih ada – pertanda memory saya masi berfungsi dengan baik.

Kemudian setelah rasa marah itu reda, datanglah rasa sedih. Karena saya teringat saat2 kita masih baik2 saja, seharusnya saya yang ada disebelah dia di gambar itu. Dan saya ingat perjuangan supaya akhirnya bisa bersama dengan dia, saya percaya dia juga berjuang (saat itu), dan mungkin sedih karena semua sudah berakhir. In the end I feel relieve. Saya juga bingung koq jadi lega rasanya [harusnya kan sudah kmrn pas mutusin dia]. Mungkin karena saya tahu bahwa dia baik2 saja dan melanjutkan hidup bahkan menemukan impiannya. Doa saya manjur ternyata. [Harusnya saya charge dia haha] Mungkin kali ini saya bisa bener2 membersihkan dia dari hati saya. Tidak hilang tapi disimpen rapat2 di ujung sana dan dikasi label EXPIRED.

Dan oh iya soal impian itu, sejujurnya saya belum tahu impian saya apa. Tapi saya tahu. Bahwa saya tidak setuju, juga tidak percaya kalo hidup saya di dunia ini cuma jadi salah satu dari sekian juta telur yang siap dibuahi demi kelangsungan hidup spesies manusia. Dannnn, saya masi skeptis sama lembaga yang namanya pernikahan -_-! But ini bukan harga mati, everybody changes, maybe I have to keep on searching. Like Forrest Gump said : Life is like a box of chocolate, you never know what you gonna get And i’m gonna say to Life : Spin it faster, twist it less and surprise me more.

So, I deserve to be happy kan? Yes i am [with or without him]

Happines is our nature. Isn’t wrong to desire it. What is wrong is seeking it outside when it is inside.

(sayang saya baca quote ini baru sekarang...)

source

7 komentar:

lumainatic mengatakan...

YOU DESERVE TO BE HAPPY SHERRY!!!
more than anyone :))

ahhh...seperti kembali ke masa lalu (ada apa sih dengan kita bertiga, kenapa ceritanya mirip2 ya) *sighhhh*

dan ternyata, yang punya harga diri tinggi ketika melihat mantan udah punya kekasih, ngga cuma cowo ya, cewe bahkan lebih besar gengsinya heheheh... ;D

Cherry mengatakan...

thanks Mey :)) You too

Apparently, ini kejadian yang 'wajar' buat cewek2 kali yaa, kalo ga kenal kalian, mungkin ngerasa ngalamin ini sendiri *hugs*

Makasih udh "ngobrak-abrik" hehehhe

Alexandria Fia mengatakan...

okey... dan gue merinding pas baca ini...

that was soooo me... *come on, give me five*

(yeah, see what i said on the FB inbox right? :D )

definitely, darl.. you deserve to be happy IN YOUR OWN WAY!

if you're happy to be in the way you are now, so be it. right??

well.. anyhow, time changed me and it might change you too..

glad you relieved already...
go on, move on... :)

Cherry mengatakan...

Makanya abis post, gw langsung send message ke lu, penasaran ama komenmu. Gw nulis jg terinspirasi blogmu (sama mey juga) sekaligus terapi hati kali yaa..

Now i don't feel so alone hehehe and i'm gonna find my OWN way *semoga*

Thanks supportnya yaa :)

ß £§£ ñk ™ mengatakan...

ya lo pantes lah, sapa di dunia ini yg ga mau bahagia?

Wow..... hmmm.. bingung ney mau komen drmn, hehehehe... yg sering terjadi (dan g juga dah ngalamin) adl harapan tidak sesuai dgn kenyataan terkadang membuat hancur seseorang bahkan klo ga kuat bisa² bunuh diri, tahap awalnya biasanya stress berat (ini bisa diliat dr kambuhnya maag lo) pemicu utama maag adl pikiran, bukan makanan atau minuman. well, g ga mau doktrin lo tp hanya saran aja seh klo blm bisa melepaskan bayang² mantan lo, ya bc lah buku Saat Tuhan Tiada. klo disuruh pilih, jeruk alami atau jus jeruk?? ya g milih jus jeruk lah lebih manis trus sarinya terasa, ya sama dgn kehidupan sher, saat² ini lagi diperas, diblender, bahkan dpt tamparan keras dr pahitnya kenyataan, tp setelah lo mampu keluar dr ini semua pasti lo akan jd jus jeruk yg paling manis :)

maap ney klo komen g ga jelas, ato ngelantur ga karu²an ya, intinya adl belajarlah dr pengalaman g. ntu bisa lo ikutin atau lo tolak kok, bebas pokoke :) coz hidup itu pilihan. Tuhan menentukan Manusia memilih, †AMDG†

Chocolate_Lin mengatakan...

"Everything happen for the best. If you can carry on, one day something good will happen, and you'll realize that it wouldn't happened if not for that previous disappointment"

and YES!!! You deserve to be happy... (^o^)

Cherry mengatakan...

Begenk :
I'm over it koq, kalo ada saat2nya masi teringat, seperti kata lu dulu lah, itu ga bisa dihapus tapi bisa dibingkai biar ga jadi sesuatu yang menyebalkan utk 'dilihat2' lagi. Life is about an option, you teach me that.
Thanks udah 'mampir', really appreciate your comment ;)
Bendolz's corner di-update dong!

Licia :
Since you're the one who said it, i believe it hahahaha
Look at you, you've been through these 'disappointment' moment too, but now you found your prince with blue eyes, i'm so happy for you ;) You deserve to be happy too dear.