Feed me!

14 Januari 2010

Rebound Guy




Okay, i have a confession to make [not like you had to know it though] but i’ll make it as my easy way to relieve. Bukan untuk mencari pembenaran karena tanpa dijudge benar atau salah pun, i’ve already pay my price dengan feeling guilty everytime i remember it. But i promise after this one, i will put down that burden. Saya tidak mau membawa-bawa penyesalan dalam gendongan saya lagi.

Dalam semua kisah selalu ada Pemeran Utama yang didukung oleh Pemeran Pembantu [pilihan kata ini tanpa mengurangi pentingnya posisi sebagai figuran]. Sebuah kisah akan jadi monolog semata jika tanpa kehadiran Pemeran Pembantu. Jadi mereka tetap bagian yang penting. Beberapa dari mereka berhasil ‘naik pangkat’ menjadi pemeran utama sedangkan yang lainnya tetap bertahan di posisi semula.

Kisah di sini dan sekuelnya di sini, juga punya Pemeran Pembantu itu walaupun munculnya dominan di ending cerita yang belum diceritakan. Kalau dalam film mungkin istilahnya spin-off, kisah yang terlepas dari cerita utama. Sekaranglah saatnya menceritakan kisah si Pemeran Pembantu yang berusaha menjadi tokoh utama.
Sang Sutradara yang lagi desperate karena Si Pemeran Utama pergi dan memutuskan hubungan kontrak dengannya, padahal dia masih punya banyak mimpi dan scene untuk diwujudkan. Tampillah Si Pemeran Pembantu menawarkan bantuan untuk meneruskan kisahnya menggantikan Pemeran Utama. Mungkin karena timingnya yang tepat (seminggu setelah Pemeran Utama pergi), mungkin juga karena dia yang jeli melihat kesempatan di dalam keputusasaan, atau semata-mata karena Sang Sutradara tidak sudi menyaksikan kisah ciptaannya menjadi sad ending.

Akhirnya Sang Sutradara setuju. Alasan yang berkali-kali dia sampaikan pada diri sendiri hanyalah “Selama ini dia sudah berperan dengan baik sebagai figuran, kenapa tidak memberikan kesempatan yang dia minta?” Lama kemudian Sang Sutradara menyadari, alasan yang paling utama cuma sebuah alasan egois, dia tidak sanggup lagi menghadapi kepergian pemeran lain dari kisahnya. Dia tidak mau sendiri dengan kisah yang tidak selesai.

Dengan berbagai pengarahan beserta resiko yang dijelaskan Sang Sutradara, Si Pemeran Pembantu tetap berkeras hati untuk menjadi tokoh utama. Dan dia berperan dengan baik, dia mengucapkan kata-kata dan bersikap sesuai kisah seperti Pemeran Utama. Tidak perlu latihan berperan terlebih dahulu karena dia sudah kenal gaya dan apa saja yang disukai Sang Sutradara dalam menginterpretasikan sebuah cerita. Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Kisahnya seharusnya baik-baik saja. Pemerannya toh sudah diganti yang baru. Tapi perasaan gundah kembali menghantui Sang Sutradara “Bukan seperti ini yang saya inginkan, ada yang kurang”. Seperti menyaksikan pementasan yang tidak berjiwa, tidak ada rasanya. Dia berusaha sebaik-baiknya mengatasi kekurangan itu, tetapi itu tidak cukup.

Sang Sutradara mengadakan evaluasi hanya untuk kembali mentok ke alasan kenapa dia menerima Pemeran Pembantu menggantikan Pemeran Utama. Kenapa orang yang bisa berperan sebaik dan sebagus, bahkan bersedia berubah menjadi Pemeran Utama tidak bisa menghidupkan kisah ini?

Karena dari awal kisah ini diciptakan bukan untuk Si Pemeran Pembantu, kisah ini milik Si Pemeran Utama.

Bukan berarti pemeran pembantu tidak bisa memainkan peran sebagai pemeran utama. Bisa. Tetapi tidak di kisah ini, tidak dengan Sang Sutradara. Sang Sutradara harusnya menuliskan kisah lain yang sesuai dengan jiwa Pemeran Pembantu. Dia berusaha, tetapi chemistry yang terbangun tidak sekuat seperti halnya dengan Pemeran Utama. Dia pemeran sangat baik, tetapi dalam kisah Sang Sutradara, dia hanya akan menjadi sebatas pemeran pembantu saja.

Jika saya ingin menjadikannya bintang, saya harus melepaskan dia untuk mencari sutradara lain yang bersedia menuliskan kisah yang sesuai dengan jiwanya

Dan itulah yang dilakukan Sang Sutradara, karena dia sadar pada akhirnya tidak ada gunanya meneruskan kisah yang sudah tidak ada jiwanya. Waktunya sudah cukup untuk menyesali kepergian Si Pemeran Utama. Berdamai dengan kenyataan bahwa kisah itu memang tidak akan berujung, selesailah sampai di sini saja. Sekarang waktunya untuk bertanya pada diri sendiri, apa sesungguhnya yang ingin Sang Sutradara ceritakan, kisah seperti apa yang ingin dibagikan?

Si Pemeran Pembantu pun pergi setelah mencoba beberapa kali mengubah pendirian Sang Sutradara. Tetapi dia tentunya paham apa kekurangannya di dalam kisah ini, maka itu dia memutuskan keluar. Apa yang ditakutkan Sang Sutradara di awal akhirnya benar-benar terjadi. Resiko yang memang seharusnya sudah disadari oleh kedua belah pihak, tetapi saat dijalankan tidak semudah saat mengucapkannya. Dengan mengosongkan pentas, inilah saat yang tepat baginya untuk vakum, menenangkan diri dan mulai mencari keajaiban untuk menuliskan kisah yang baru.

Sekarang Sang Sutradara tidak menjumpai pemeran-pemerannya lagi, baik Pemeran Utama maupun Pemeran Pembantu, itu adalah kebaikan yang harusnya dilakukan karena dengar-dengar mereka sudah punya kisah baru. Demi menghindari kesan ingin membajak pemeran, mungkin lebih baik Sang Sutradara menyingkir saja. Siapapun sutradara yang baru itu, yang jelas dari sini selalu terucap doa semoga mereka bisa menjadi bintang, dan terima kasih karena kehadiran mereka sama-sama memperkaya pengalaman Sang Sutradara.
Sekarang untuk kisah yang baru, Sang Sutradara tidak mau bersikeras menuruti sifat perfeksionisnya lagi, karena dia belajar bahwa dia bisa mengusahakan agar semua sampai sedetail-detailnya sesuai dengan yang dia inginkan, tetapi harus ada pemeran yang memiliki jiwa yang sesuai dengan kisahnya. Harus ada chemistry yang mengisi kisah itu sehingga tidak jadi cerita kosong, dan ada passion untuk menjadikan kisah itu memikat. Kandidat pemeran utama adalah seseorang yang jauh lebih capable untuk menjadi tokoh utama dari yang sebelumnya sampai-sampai rasanya mustahil bisa menjadikannya bagian dari kisah baru.

Hei, tetapi katanya bermimpi itu sudah layak dan sepantasnya sesuatu yang mustahil, yang tidak mungkin diraih? Jadi dia tetap berharap, mungkin suatu saat keajaiban itu datang dan seseorang itu akan tertarik menjadi pemeran utama dalam kisah yang baru. Jika Sang Sutradara beruntung mungkin kali ini dia bisa membuat happy ending. Kalau pun tidak, itu tetap berharga untuk dijadikan kisah lainnya.

Let’s hope for a good one :)

source

Tidak ada komentar: