Feed me!

3 Februari 2010

Causes Stain, Stay Away


Saya bukan anak yang suka bersembunyi dibalik ketiak orang tua.

Maka saya tidak tahu kenapa, orang-orang itu 'memaksa' saya lewat cara ini.

Oh well, here the story goes. Drama queen mode on.


Saya bukan orang yang rajin ikut kegiatan di lingkungan. Apalagi di tempat sekarang ini. Semata-mata demi menemani mama saya. Yap saya ga punya alasan mulia semacam : ingin memuliakan Tuhan, ingin melayani Tuhan blablabla. Cuma ga pengen mama saya pergi-pergi malam sendirian. Period.

Berkat kesupelan mama saya [thanks lho mam], akhirnya mereka pada tahu karir masa muda saya sebagai organis. Baiklah, akhirnya saya ikutan membantu. Toh saya suka memainkan organ juga. Saya bilang selama saya bisa, saya usahakan bantu-bantu. Tapi hal yang awalnya saya pikir, mungkin bisa membuat saya betah di sini, ternyata berubah menjadi semacam kewajiban.

Hidup tiap hari sudah kita jalani dengan segudang kewajiban, yang suka-ga suka kita jalani semuanya, yang sekolah atau bekerja dengan sebaik-baiknya. Yang tersisa hanya waktu pribadi yang masih bisa kita pergunakan sebebas-bebasnya. Apa iya waktu pribadi itu pun harus dijadikan “kewajiban” dengan alasan memuji nama Tuhan? Iya kalo orangnya mau, lha kalo ga mau? Trus predikat saya dari pelayan Tuhan jadi orang kafir gitu? Plis dong cyiinn.

Ehm, bukannya Tuhan bisa menilai ya, pemberian saya itu ikhlas atau engga? Tapi siapa saya sih yang bisa-bisanya berpikiran Tuhan begini-begitu. Saya aja belum mengerti diri saya sendiri. Mungkin mereka-mereka yang Anak Tuhan lebih paham. Yang saya pahami adalah saya benci dipaksa melakukan hal yang tidak saya inginkan, apalagi mengetahui bahwa saya punya pilihan untuk tidak melakukannya.

Saya bukan termasuk orang-orang yang dengan bangga bilang bahwa saya jatuh cinta tiap hari dengan Tuhan. I have no problem with that people. Saya juga berusaha memahami kehendakNya dengan hati saya yang mentah. Yang jadi masalah saat mereka-mereka ini merasa ‘pantas’ membawa saya ikut dengan cara mereka

I said “NO”. A zillion times. And they keep on asking. Saya ga tahu lagi, apakah saya terganggu dengan kegigihan mereka berkali-kali mengajak, atau karena guilty feeling yang tiap kali timbul karena menolak mereka. Atau kombinasi keduanya yang membuat saya kepingin sekali jadi burung ostrich, gali lubang dan membenamkan kepala dalam tanah.

Saya mulai berpikir-pikir serius untuk pake mantra tolak bala, dan saya berharap hidup punya fasilitas “Block This Person” seperti di Facebook [yang ngomong-ngomong itu merupakan fasilitas sangat berguna]

Saya bukan orang yang hobi berkonfrontasi, bukan juga karena cinta damai atau apalah namanya itu. Sebisa mungkin mengurangi friksi dalam hidup sehari-hari kan ga ada salahnya., Dengan catatan [catet nih!] tidak mengorbankan diri saya sendiri juga. Mereka mau jadi pahlawan kesiangan, silahkeun, bebas koq, hidup-hidup mereka ini. Tapi mbok ya ga usah ya maksa-maksa saya ikutan situ.

Saya ga bermaksud kurang ajar sama orang tua, tapi kalau orang tuanya yang mulai kurang ajar gimana dong? Saya tau sih orang brengsek guru sejati, but cmon give me a break. Bukannya orang tua means orang yang dituakan, yang dicontoh dan yang dimintai saran?

Hal-hal kaya begini kerap jadi duri dalam daging antara saya sama mama saya. She want to be nice, i want to be honest. Kenapa sih kalo emang “ga mau”, ga boleh bilang “ga mau” aja? Yang awalnya "ga mau" ujung-ujungnya dihalusin sama si emak jadi “ga sempet”, atau “lagi ada urusan”. No wonder kan mereka terus menerus mengejar saya? Bahkan saya sendiri yang bilang “tidak” terang-terangan tetap diuber-uber. Apalagi alasan lemah nyokap, malah bikin mereka semakin semangat berpikir saya masih bisa dirayu. Bah.

Apa iya karena nanti yang dibawa-bawa dalam urusan ini adalah nyokap? Then i would be very glad if i really move out from this town. Anything i do, anything i choose, adalah tanggung jawab saya sendiri. Ga usah bawa orang tua apa sodara deh, chicken bener sih. Tapi toh saya luluh juga kalo sudah nyokap saya yang minta tolong sama saya. They really read my weakness.

Sungguh saya tersiksa harus ikut sembahyangan, sedangkan yang ada dalam kepala saya adalah, kapan sih bubarnya ini acara. Belum lagi omongan-omongan yang bernada akrab tapi bawa pisau dibaliknya. Oh ya, saya sudah belajar dengan baik sekali untuk menanggapi omongan semacam itu, bilang saja apa adanya, give them reality bites. Saat mereka tanya : Kok ga pernah ikutan lagi, jarang keliatan deh, saya bilang : Kan dari awal saya bilang tidak mau ikutan, situ maksa sih. Oh terus jangan lupa kasih senyuman yang maniiiss sekali, kemudian tinggalkan saja mereka. Sweet. And you know, baru kali itu saya inget sama guru matematika saya yang bilang bahwa practice (really) makes perfect.

Dan sampai rumah saya diomelin panjang kali lebar kali tinggi sama nyokap. Huh.

[tidak, sekarang bukan saat datang bulan saya, jadi tulisan ini bukan tercipta karena alasan hormonal, murni karena emosi jiwa]


i need love, not some sentimental prison
i need god, not the political church
i need fire, to melt this frozen sea inside me

I Need Love – Sixpence None The Richer

source

3 komentar:

Anonim mengatakan...

well do like I do, just simply walked away with no turning head around... kalo dalam kasus nya g, g kabur ke puri. so my mother doesn't have to lie, karena emang g nya gak ada :D pada akhirnya mereka juga nyerah sendiri karena udah tau g nya gak bakalan mau. sampe pada akhirnya g lah yang menawarkan diri untuk membantu, but none of them ever ask me again. T.T

Cherry mengatakan...

Hahaha i did it too :)

In the end gw cuman pengen memberi dengan tulus, kalo udh penuh 'kewajiban' dan 'keharusan' begini, kan gw jadi bertanya-tanya : apa gw yang keterlaluan atau mereka?

Yang gw tahu gw ga nyaman, dan gw akan cari bagaimana caranya biar gw bisa nyaman dan bisa membantu dengan tulus lagi :)

Dan tau ga, gw sebenernya kangen maen organ di gereja lagi T.T

Anonim mengatakan...

berarti sudah lama gak maen orgen gitu?

well, iya g juga selalu merasa gitu, I love God, but His Fansclub yang kadang2.... I hate >.<

sering kali mereka menggunakan nama Tuhan hanya untuk kepentingan pribadi seolah2 nama Tuhan itu bisa dijual murah.

harus begini lah harus begitu lah... kesannya Tuhan yang menuntut padahal mereka lah yang nuntut kita untuk begini dan begitu. berhubung karena mereka merasa lebih tua dan lebih tau...

hahahaha, udah ah malah jadi ajang mengeluarkan uneg2 kalo begini hahahahaha... padahal maksudnya memberikan dukungan kalo lu gak keterlaluan kok, you just a human yang memiliki freewill yang justru diberikan oleh Tuhan tp malah akan dikekang oleh human juga hehehehe.